Mesin Ingin Membunuh Kita: Peringatan Terhadap Ketergantungan Teknologi

6

Umat ​​manusia dengan cepat terjerat dalam jaringan teknologi yang diciptakannya sendiri, sebuah sistem yang begitu luas sehingga untuk melarikan diri terasa semakin mustahil. Ini bukan sekadar soal kenyamanan atau kemajuan; ini tentang perubahan mendasar dalam hubungan kita dengan alam, dengan diri kita sendiri, dan dengan definisi sebenarnya tentang apa artinya menjadi manusia. Pertanyaannya bukan apakah teknologi itu baik atau buruk, tapi apakah kita sedang berjalan dalam tidur menuju masa depan dimana otonomi kita terkikis, hubungan kita dengan alam terputus, dan rasa kemanusiaan kita berkurang.

Erosi Otonomi

Paul Kingsnorth, penulis “Against the Machine: On the Unmaking of Humanity,” berpendapat bahwa kita telah menjadi roda penggerak dalam sistem yang lebih besar, sebuah “mesin” yang bukan hanya telepon dan layar, namun juga kekuatan industri, ekonomi, dan budaya berusia berabad-abad yang secara sistematis telah memisahkan kita dari akar kita. Ini bukanlah fenomena baru; Para penulis telah memperingatkan tren tidak manusiawi ini sejak awal Revolusi Industri. Namun, versi modern jauh lebih berbahaya dan beroperasi dengan kecepatan dan skala yang tidak memberikan banyak ruang untuk perlawanan.

Kehidupan Kingsnorth sendiri mencerminkan perjuangan ini. Dia dan keluarganya mengungsi ke pedesaan Irlandia lebih dari satu dekade yang lalu, berusaha melepaskan diri dari cengkeraman mesin yang tiada henti, menyekolahkan anak-anak mereka di rumah, menanam makanan mereka sendiri, dan melepaskan diri dari tuntutan kehidupan digital yang terus-menerus. Ini bukanlah tindakan Luddisme, namun upaya yang disengaja untuk mendapatkan kembali hak pilihan, untuk menjalani kehidupan yang berakar pada tempat dan tujuan, bukan ditentukan oleh algoritme dan konsumerisme.

Perang Melawan Alam

Konsekuensi paling dahsyat dari mesin ini adalah serangannya yang tiada henti terhadap alam. Perubahan iklim, kepunahan massal, dan keruntuhan ekologi bukanlah suatu kebetulan; hal-hal tersebut adalah akibat yang tidak bisa dihindari dari sebuah sistem yang memandang alam sebagai sumber daya yang harus dieksploitasi dan bukan sebagai sesuatu yang sakral yang harus dihormati. Ironisnya, gerakan ramah lingkungan justru ikut terlibat dalam kehancuran ini, dengan menerapkan “perbaikan” teknologi seperti mobil listrik dan energi terbarukan yang hanya menopang pertumbuhan mesin dibandingkan mengatasi kelemahan mendasarnya.

Kingsnorth berpendapat bahwa keberlanjutan yang sebenarnya bukanlah tentang mengganti bahan bakar fosil dengan panel surya; ini tentang membongkar logika industri yang mendorong kerusakan ekologis. Hal ini membutuhkan perubahan nilai yang radikal, penolakan terhadap upaya mengejar pertumbuhan dan efisiensi tanpa henti yang telah membawa kita ke jurang kehancuran.

Krisis Rohani

Dampak mesin yang paling halus namun mendalam adalah terkikisnya jiwa manusia. Stimulasi yang terus-menerus, gangguan yang tiada habisnya, tekanan yang tiada henti untuk menyesuaikan diri… kekuatan-kekuatan ini mematikan kemampuan kita untuk merasa takjub, untuk berkontemplasi, untuk menjalin hubungan yang tulus. Munculnya realitas virtual, kecerdasan buatan, dan fantasi transhumanis… ini bukanlah solusi terhadap permasalahan kita, namun merupakan gejala dari rasa tidak enak yang lebih dalam: hilangnya kepercayaan pada sesuatu di luar diri kita.

Perjalanan spiritual Kingsnorth sendiri—dari Buddhisme Zen ke Wicca hingga Kristen Ortodoks—mencerminkan pencarian makna di dunia yang semakin tidak memiliki makna tersebut. Ia berargumentasi bahwa iman Kristen, dengan penekanannya pada kerendahan hati, pengorbanan, dan hal-hal yang transenden, menawarkan penangkal ampuh terhadap logika mesin yang tidak manusiawi.

Keruntuhan yang Tak Terelakkan?

Pertanyaannya bukan apakah mesin itu akan runtuh, tapi bagaimana caranya. Akankah negara ini menyerah pada keterbatasan ekologi, krisis ekonomi, atau kerusuhan sosial? Atau akankah hal ini berkembang begitu saja, menjadi lebih efisien, lebih luas, dan tidak bisa dihindari? Kingsnorth tidak memberikan jawaban yang mudah, namun ia menegaskan bahwa kita harus menghadapi kenyataan: kita hidup dalam waktu pinjaman, dan satu-satunya cara untuk bertahan hidup adalah dengan mendapatkan kembali kemanusiaan kita, terhubung kembali dengan alam, dan menemukan kembali hal-hal sakral di dunia yang telah lama melupakannya.

Mesin tersebut ingin membunuh kita, bukan karena kedengkian, namun karena ketidakpedulian. Ia tidak peduli dengan jiwa kita, hutan kita, atau masa depan kita. Ia hanya peduli pada pertumbuhan, efisiensi, dan kontrol. Satu-satunya cara untuk menolaknya adalah dengan menolak berpartisipasi, menjalani kehidupan yang memiliki tujuan, dan mengingat bahwa kita bukanlah roda penggerak dalam mesin, namun makhluk yang penuh keajaiban, mampu mencintai, keindahan, dan transendensi.