DNA Beruang Kutub Beradaptasi dengan Cepat terhadap Perubahan Iklim

21

Meningkatnya suhu mendorong perubahan genetik yang terukur pada populasi beruang kutub, yang menunjukkan adanya mekanisme kelangsungan hidup yang sangat menyedihkan namun berpotensi efektif. Sebuah studi inovatif dari Universitas East Anglia menemukan bahwa beruang kutub di tenggara Greenland menunjukkan perubahan signifikan dalam DNA mereka, khususnya melalui peningkatan aktivitas “gen pelompat” – elemen genetik bergerak yang dapat mengubah fungsi gen lain. Hal ini menandai hubungan pertama yang signifikan secara statistik antara perubahan iklim dan adaptasi genetik pada spesies mamalia liar.

Krisis yang Dihadapi Beruang Kutub

Urgensi penelitian ini tidak dapat dilebih-lebihkan. Dua pertiga populasi beruang kutub diperkirakan akan punah pada tahun 2050 seiring dengan semakin cepatnya pencairan es laut Arktik, tempat perburuan utama mereka. Hilangnya habitat ini memaksa mereka pindah ke lingkungan yang lebih hangat dengan ketersediaan mangsa yang berfluktuasi, sehingga memberikan tekanan ekstrem pada biologi mereka. Perubahan genetik yang diamati kemungkinan besar merupakan respons terhadap krisis yang semakin meningkat ini.

Bagaimana DNA Berubah dalam Waktu Nyata

Para peneliti menganalisis sampel darah beruang kutub di berbagai wilayah Greenland dan membandingkan aktivitas genetik dengan data suhu setempat. Mereka menemukan bahwa beruang di wilayah tenggara yang lebih hangat menunjukkan peningkatan dramatis dalam aktivitas gen pelompat. Perubahan ini tidak terjadi secara acak; mereka terkonsentrasi pada gen yang berkaitan dengan tekanan panas, penuaan, dan metabolisme – menunjukkan bahwa beruang secara aktif menulis ulang genom mereka untuk menghadapi kondisi yang lebih hangat.

Kecepatan adaptasi ini luar biasa. Biasanya, perubahan evolusioner terjadi dari generasi ke generasi. Namun perubahan iklim memaksa perubahan yang cepat hanya dalam beberapa tahun, sehingga berpotensi memungkinkan beruang untuk bertahan hidup di dunia yang memanas.

Pola Makan dan Genetika: Tautan Langsung

Studi tersebut mengungkapkan hubungan menarik antara pola makan dan genetika. Beruang tenggara, yang tinggal di daerah hangat dengan lebih sedikit es, semakin bergantung pada makanan nabati karena kelangkaan anjing laut. DNA beruang ini menunjukkan tanda-tanda adaptasi terhadap perubahan pola makan ini, dengan perubahan gen yang terkait dengan pemrosesan lemak. Hal ini menunjukkan bahwa mereka berevolusi untuk memetabolisme sumber makanan yang lebih luas.

“Kami mengidentifikasi beberapa titik genetik di mana gen pelompat ini sangat aktif…menunjukkan bahwa beruang sedang mengalami perubahan genetik yang mendasar dan cepat saat mereka beradaptasi dengan hilangnya habitat es laut mereka,” kata pemimpin peneliti Alice Godden.

Gambaran Lebih Besar: Adaptasi vs. Kepunahan

Temuan ini tidak memberikan jaminan solusi. Meskipun penelitian menunjukkan bahwa beruang kutub dapat beradaptasi, perubahan genetik ini kemungkinan merupakan upaya terakhir untuk bertahan hidup dalam kondisi yang berubah dengan cepat. Para peneliti berencana memperluas penelitiannya ke populasi beruang kutub lainnya untuk melihat apakah perubahan serupa terjadi secara global.

Peluang utama yang dapat diambil adalah meskipun adaptasi sedang berlangsung, hal ini tidak meniadakan perlunya tindakan drastis. Para ilmuwan menekankan bahwa pengurangan emisi karbon dan memperlambat kenaikan suhu tetap penting bagi kelangsungan hidup spesies ini dalam jangka panjang. Ada harapan dalam perubahan genetik ini, namun masalah mendasarnya—perubahan iklim—harus diatasi untuk menghindari kepunahan.